Kamis 19 Nopember 2009 kami berangkat ke Kudus. Keberangkatanku ke kudus atas ajakan spontanitas seorang sahabat. Ajakan yang tak direncanakan. Dan jawabannya pun spontanitas pula, tanpa dipikir panjang. Berangkat maka berangkatlah semisal jadi maka jadilah. Kota Kudus adalah kota yang tak ada di kepalaku. Tidak seperti halnya Kota Bandung atau Cianjur yang sudah terekam di memori kepala. Adapun Kudus di luar jangkauan bayangan otakku. Dimanakah ia dan seperti apakah ia, panas dinginkah udaranya? Singkatnya aku belum ke Kudus titik(.)
Malam itu malam Jum’at pahing 3 Dulhijjah 1430 kami (saya & sahabat saya) diberangkatkan ke Kudus oleh PO Bis Nusantara dari terminal Cicaheum Bandung sekitar pukul 19.00 dan diperkirakan sampai di terminal Kudus pukul 03.00 pagi hari Jum’at pahing. Minal Terminal ila Terminal. Suasana di dalam bis sangat menyenangkan, selain ber AC, TV LCD, DVD juga tempat duduk yang nyaman kaki bisa nanghunjar. Oh ya semua penumpang dibagi kartu untuk makan gratis di sebuah rumah makan nanti di perjalanan.
Tak ada pemandangan yang bisa dinikmati secara utuh dalam suasana kegelapan malam. Pilihan untuk tidur adalah yang paling tepat apalagi bis menyediakan selimut. Terasa ngantuk tapi mata tak terpejam. Mengisi waktu luang kami ngobrol berbagai hal; ttg rumah makan, komputer, internet, email facebook, blog, hosting, website, dst, dst, dst. ...... samar – samar terdengar suara dan akhirnya dur tidur.
Jum’at pagi saya sudah berada di Kota Kudus tepatnya di Ngembal Rejo. Alhamdulilah selamat. Ya Alloh kumohon kebaikan kota ini dan kebaikan segala yang ada di dalamnya, juga kuberlindung dari kejahatan kota ini dan segala yang ada padanya.
Ada tiga hal yang menarik dari perjalanan ke Kudus:
1. Rumah Makan Khas Sunda Bambu Wulung
2. Makam para Wali
3. Amuk seorang pemuda plus
1. Rumah Makan Khas Sunda Bambu Wulung
Saya bukan ahli advertising yang mampu mempromosikan sesuatu. Saya mengupas ttg Rumah Makan Khas Sunda Bambu Wulung karena keunikannya. Pertama rumah makan itu merupakan sulapan dari sebuah garasi. Kalau anda berkunjung ke Rumah Makan Khas Sunda Bambu Wulung tak akan lagi melihat garasi itu, yang akan anda lihat adalah sebuah saung (besar) terbuat dari bambu (tiang, langit-langit dan dindingnya) yang beratap rumbia, padahal garasi (bangunan asalnya) tidak dibongkar dan dipugar. Kedua menu (makan/minum) yang disediakan rumah makan tersebut, salah satunya saya sebutkan adalah “Es Janda Muda”. Apa pula itu? Benarkah janda muda si pembuatny? Silakan buktikan sendiri. Promosikah ini? Dengan rendah hati saya pasrahkan kepada pembaca penilaian itu. Yang jelas ini bukan spam.
2 Makam para Wali
Two in one, dua (makam) wali dalam satu Kota. Hal ini menarik buat saya, karena kota lain tidak memilikinya.Wali Songo tersebar di berbagai kota: Sunan Gresik di Gresik, Sunan Bonang di ... Sunan Drajat di Lamongan Sunan Giri di ... Sunan Kalijaga di Demak, Sunan Gunung Jati di Cirebon, Dua wali berada di Kota Kudus yaitu Suna Kudus (Jafar Sodik) dan Sunan Muria. Pantaslah disebut Kudus, serapan dari Bahasa Arab yang berarti Suci. Ingat Kota Al-Quds? Kota suci di yerusalem tempat lahirnya sebagian besar para nabi.
3 Amuk seorang pemuda plus
Seorang tapi plus? Bingung ya? Sama saya juga yang melihat kejadian itu bingung. Ceritanya begini:
Malam itu kondisi saya bisa disebut setengah tidur setengah sadar. Disebut tidur karena mata terpejam, disebut sadar karena saya merasakan kondisi jalan yang jelek sehingga bis Nusantara yang saya tumpangi tujuan pulang ke Bandung terasa tidak mulus. Grabag grubug. Dalam kondisi antara tidur dan sadar itu tiba-tiba terdengar bunyi keras, serta merta saya bangun, ada apa gerangan tabrakankah? Oh ternyata bukan.... Yang saya saksikan adalah seorang pemuda menyalip bis, mencegat dan menghentikan bis, dia turun dari motor bebek menghampiri sopir, sambil sumpah serapah mencaci maki, suruh sopir bis turun. Tak lama berselang datang polisi dibonceng oleh seseorang. Hati saya aga lega.... Sok pasti polisi akan melerai. Di luar dugaan ternyata ia oknum yang berada di pihak si pemuda. Makanya saya sebut amuk seorang pemuda plus (oknum polisi dan orang yang membonceng polisi). Suara benturan ke body mobil terdengar berkali kali. Entah batu atau kepalan tangan yang ditinjukan ke body bis Nusantara. Semuanya (pemuda, oknum polisi, dan yang membonceng oknum polisi) memaksa supaya supir turun, bahkan terdengar ancaman kalau tidak turun bis akan dilempari batu akan dihancurkan. Kontan saja penumpang yang asalnya tertidur mendengar keributan tersebut pada bangun. Bahkan ada beberapa penumpang yang duduk di depan bergeser ke tengah untuk menghindari lemparan batu kalo ancaman itu terjadi. Sang Sopir tetap tak beranjak dari tempatnya. Dia tidak turun. Terdengar ucapan sopir: “Ya saya salah pak, mohon maaf, tidak sengaja.” Berkali kali kalimat itu diucapankan. Suasana agak mereda setelah Pak Polisi berusaha menenangkan kedua temannya (pemuda & pembonceng) bahkan terdengar ajakan dari pak polisi untuk mengahiri dan meninggalkan keributan tersebut. Namun tak dinanya, rupanya orang (yang membonceng polisi) itu belum puas. Brrraaaakkkkk ....! Suara pecahan kaca pintu bis dekat sopir pecah dihantam batu besar. Menganga lubang sejengkal lebih........ tepatnya di kaca pintu dekat kaki sopir. Pecahan kaca berserakan di samping sepatu sang sopir. Setelah itu nampaknya pemuda plus tersebut puas. Mereka tancap gas meninggalkan bis Nusantara yang masih tertegun.
Bingung ya? Iya sama saya juga bingung. Apa kesalahan sopir? Tidak tahu! Sebab dari tadi –jauh sebelum kejadian itu terjadi -mata saya terpejam. Terserempetkah motor pemuda itu? Atau tersenggol atau apa....gerangan yang membuat pemuda itu mengamuk? Hanya sopir yang tahu. Wallohu a’lam.
Kejadian tersebut berlangsung pada pukul 00.30 dinihari di jalan kabupaten Cirebon jauh sebelum rel kereta api.
Anarkisme bukan hanya milik sebagain demonstran ataupun supporter bola.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar